Sunday, January 29, 2012

what a heavy ...

What a heavy!

Berat, itu rasa yang harus saya akui dalam menjalani hubungan dengan pacar saya sekarang.

Jarak. Itu hal utama yang selalu jadi objek bahasan orang ketika berbicara LDR. Adanya jarak yang bahkan lebih jauh dari jarak antara London dan Paris diantara kita otomatis bikin kita menggantungkan harapan pada frekuensi GSM untuk saling berhubungan. Hampir setiap saat perhatian saya teralih pada 2 buah HP yang saya miliki, dari sekedar mengecek apakah ada sms balasan yang dinanti, sampai melihat2 timeline twitter mencari tahu kata-kata apa saja yang dia tulis hari ini.

Ya, saya harus masuk ke dalam dunia virtual untuk "bertemu" dengan dia karena kesempatan untuk bertemu secara langsung itu sangat jarang jarang jarang sekali datang. Makanya terkadang...hmmmm maksud saya, seringnya, saya merasa tidak hidup dalam dunia nyata. Namun, pengaruhnya banyak terasa di dunia nyata.

Contohnya, jujur aja, TA yang semestinya sudah saya selesaikan 6 bulan lalu itu sampai sekarang belum selesai. Saya bisa bilang 70% sebabnya karena hal ini. Dia memenangakan hampir setiap pertandingan melawan TA dalam memperebutkan perhatian saya, walau terkadang dia mengalah dan membiarkan saya bercengkrama dengan TA ketika saya bilang kalau saya sedang "kencan" dengan TA. Bahkan jika sedang begitu, dia selalu memberi semangat lewat sms-sms yang dia kirim. Satu kalimat TA, datang satu sms memberi semangat. Satu sms terima kasih saya kirim balik, kemudian satu sms balasan untuk bilang "sama-sama". Hmmm.. Namun, saya sama sekali tidak pernah menyalahkan dia untuk itu. Semua yang saya lakukan itu murni keinginan saya. Itu hanya sebuah konsekuensi dari apa yang saya lakukan.

What a heavy thing I'm minded!

Mungkin kalo orang tau keadaan saya seperti itu, orang akan menilai memang saya yang bodoh. Mungkin beberapa orang berhati baik akan memberi saran pada saya untuk membagi waktu, atau "bisa kan sms-an sambil ngerjain TA". Simpel emang, tapi tidak buat saya. Otak dalam kepala saya ini amat sangat super duper tidak bisa dipakai multitasking. Kapasitas fokusnya hanya untuk satu hal. Kedengaran konyol emang, tapi begitulah. Seperti adik saya yang tidak bisa memakan nasi. Seperti om saya yang phobia sama makanan tahu. Semua bisa tertawa mendengarnya, namun mereka yang merasakan yang paling mengerti.

What a heavy way I gone!

Ketika 700 Km lebih jarak yang memisahkan ini sangat tidak bersahabat dengan waktu. Dan ketika pepatah "waktu adalah uang" berlaku untuk beberapa kondisi, maka jarak yang memisahkan kita ini sangat menguras isi dompet saya, seseorang yang masih bergantung pada uang jajan pemberian orang tua.

Bertemu secara langsung itu perlu, saya sadar itu. Maka, selama hampir setahun kita menjalani hubungan ini, kita telah bertemu sebanyak 3 kali. Ya, hanya 3 kali. 2 kali di Surabaya, sekali di Jogjakarta. Oke lah, 4 kali jika saat kita jadian di Bandung itu dihitung. Saya ingat bagaimana terakhir kali kita bertemu.

Bulan November kemarin, sudah 5 bulan semenjak kita terakhir bertemu di Jogja. Waktu itu saya mendapatkan "sengatan" dari dia yang marah karena saya tidak kunjung "ngapelin" dan tersirat bahwa dia meminta saya untuk segera bertemu. Saya bukannya tidak ingin, tapi beberapa kondisi rasanya tidak akan mengizinkan saya untuk pergi. Ibunda yang waktu itu harus meninggalkan saya selama 10 hari demi kepentingan pekerjaan menitipkan tugas untuk menjaga ketujuh adik kepada saya. Ditambah, kondisi finansial dan ketersediaan waktu yang amat tidak mendukung.

Namun, akhirnya saya putuskan untuk bertemu. Saya luangkan 5 hari di pertengahan bulan, yang artinya saya punya kesempatan 3 hari untuk bertemu karena 2 hari adalah waktu harus ditempuh untuk perjalan pergi-pulang. Begitulah. Uang hasil saya menjual sepeda, yang tadinya saya rencanakan untuk kebutuhan mengerjakan TA, tidak cukup untuk membeli 35 jam potongan waktu bila saya kesana menggunakan pesawat. Dan selama 3 hari berada di kotanya, saya menumpang di kostan teman sekampusnya yang kebetulan sudah saya kenal.

Saya pernah me-retweet sebuah kalimat dari teman saya, "Long Distance Relationship atau Loooooooooooong Distance Relationship tergantung jarak, gak bisa kayak kopaja jauh-dekat 2.000". Percaya deh, selain memang logis, itu benar sekali.

Saya juga tiba-tiba teringat kalimat itu ketika saya bertemu dia saat itu. Seperti biasanya, saya bergantung kepada dia jika saya berkunjung ke kotanya untuk antar-jemput. Cukup adil saya rasa, dan saya yakin dia juga tidak akan merasa keberatan mengingat dia juga punya kendaraan sendiri.

Malam itu, dia mengajak saya berkunjung ke rumahnya. Saya mengiyakan. Waktu itu pertama kalinya saya bertemu dengan ayahnya. Saya pun berbincang-bincang beberapa hal dengan beliau. Sampai saat waktu pulang tiba, saya melihat suatu indikasi ketidaksenangan dari raut wajah dan aksen pengucapan kata-kata yang keluar dari mulut beliau. Rupanya beliau tidak senang jika anaknya mengantar-jemput saya, pacarnya. Saya mengetahuinya setelah pacar saya bilang secara langsung keesokan harinya. Menurut beliau, seharusnya dalam berpacaran, laki-laki yang baik itu datang menjemput ke rumah dan meminta izin pada orang tua untuk membawa anak perempuannya pergi keluar. Tidak seharusnya perempuan yang datang mengantar dan menjemput laki-laki. Melihat saya yang datang dari jauh, tidak mempunyai kerabat, seorang diri, minim pengetahuan akan jalan, beliau merasa itu tidak bisa dijadikan alasan. Maka dari itu, jika saya ingin "ngapel" selanjutnya, saya harus datang ke rumahnya dan meminta izin terlebih dahulu.

What a heavy circumtances I realized!

Ingin rasanya menangis waktu itu. Ingin rasanya berteriak "Kenapa harus seperti ini? Jika itu tradisi, persetan dengan tradisi! Apa harus seperti itu? Lihat saya, saya gelandangan, tidak punya apa-apa dan siapa-siapa disini. Jika itu aturan, persetan dengan aturan! Apakah setiap orang juga harus berdosa setiap saat karena hampir tidak bisa untuk tidak menemui orang yang tidak memakai kerudung di manapun? Tidakkah pernah mendengar tentang kata FLEKSIBEL atau TOLERANSI? Mengertilah, saya mohon!"

Jikalau tidak ada air mata yang menetes karena keadaan ini, sudah pasti saya menyerah. Air mata itu yang membuat saya mengerti kalau hal yang berat ini masih patut untuk diperjuangkan. Air mata itu yang selalu membuat saya yakin bahwa apa yang saya perjuangkan akan memberikan sesuatu yang lebih sebagai imbalannya kelak. Air mata itu yang meyakinkan perasaan saya terhadap dia.

Maka, saya usap air mata itu dari pipinya.

Walaupun akhirnya saya tidak pernah meminta izin ayahnya untuk 2 hari sisanya itu, saya tetap bisa jalan keluar dengan dia. Semua karena dia sangat mengerti, saya harus yakin itu.

What a heavy emotion I have to control!

Kenapa di saat hubungan kita dalam kondisi yang tidak baik, saya selalu mengingat keadaan yang berat ini. Ketika berpadu dengan emosi yang negatif, kolaborasinya sangat menguras pikiran, menghancurkan hati, dan mengikis perasaan.

What a heavy love I'm bound!

What a heavy!

Saturday, October 22, 2011

Price Police

Price police, saya baru mengenal istilah itu karena belakangan ini saya sering mondar-mandir di forum jual-beli kaskus. Saya gak terlalu paham apa arti sebenarnya, cuman yang saya tangkap bahwa price police itu semacam istilah dalam jual-beli dimana si calon pembeli membanding-mandingkan harga yang ditawarkan oleh penjual dengan harga yang ditawarkan penjual lain. Jadi misalnya kalo ada 2 orang yang menjual barang yang sama tapi harga yang ditawarin beda, nah si pembeli ini bilang sama si penjual yang harganya lebih mahal kalo ada yang jual lebih murah di lapak lain. Yang namanya kaskus kan pasti bilangnya secara "tertulis", jadi semua orang yang mengunjungi "lapak" penjual tersebut pasti baca. Akibatnya, calon pembeli pada lari dan cari lapak lain yang lebih murah.

Jujur aja, saya amat sangat gak suka sama price police ini. Bukannya sok baik, tapi kasian sama yang jual. Mereka jualan juga usaha, bukan ngerampok. Memang sih sebagai pembeli pasti pengen cari yang lebih murah, saya juga pasti mikir gitu kalo jadi pembeli. Tapi apa perlu ngelakuin price police?

Kalo misalnya ngerasa barang yang ditawarin terlalu mahal, kan bisa ditawar sesuai sama harga yang bisa kita bayar. Kalo gak dikasih, ya tinggal tinggalin dan gak usah dibeli. Beli aja sama penjual lain yang ngasih harga lebih murah. Kebanyakan orang juga saya lihat gak sengaja ngelakuin price police. Mungkin udah kebiasaan mereka kayak gitu jadi mereka nganggap itu biasa aja, saya gak tau. Contohnya kata-kata simpel kayak gini : "Ane tawar sekian (nyebutin harga) dikasih gak? Soalnya di lapak lain ada yang nawarin segitu."

Sekarang misalnya kita ada di posisi si penjual, reaksi kita bakal kayak gimana? Tergantung masing-masing orang. Ada yang nganggep biasa aja : "maaf gan belum dapet" atau "naikin lagi dong gan dikit". Ada yang sedikit kesal : "ya silahkan aja agan beli di lapak yang nawarin itu" atau "sadis amat gan nawarnya. Namanya juga usaha, kalo gak niat beli mending jangan nawar". Bahkan ada yang kesel banget : "nawar atau ngajak berantem gan???" atau "bata sent!" (istilah kaskus buat ngasih bad reputation point/BRP)

Saya cuma mau ngingetin aja, menurut pandangan saya. Price police itu gak baik. Kalo lagi cari-cari barang buat dibeli dan nemu penjual yang nawarin harga lebih mahal dari penjual lain, beli aja langsung di tempat yang lebih murah. Kalo mau tawar jangan bilang "ane tawar sekian dikasih gak? Soalnya lapak lain ada yang lebih murah." Cukup kalimat pertamanya saja, karena kita gak tau reaksi si penjual kayak gimana nantinya. Gampang kan? Kita jadi bisa lebih bijak. Ditambah meminimalisasi tenaga, waktu, dan dosa pula ;)

Saturday, April 3, 2010

Chapter 13,5

Ada unek2 di dalam pikiran Midun. Memang dirinya menjalani kisah cinta dengan Halimah dengan akhir yang bahagia, menikah dan mendapat seorang anak laki2 bernama Basri, dan juga kehidupan mereka berdua sudah sangat layak. Namun, Midun sedikitnya kesal juga, mengapa Tulis St. Sati ga pernah membiarkannya menikmati bumbu2 dari cerita percintaan mereka, sangat hambar.

Bab 12, Midun masih melarat penuh perjuangan hidup. Bab 13 tidak menceritakan dia sama sekali, sampai tiba2 di Bab 14, dengan singkatnya, Midun sukses, lalu mengirimkan "surat ngajakin kawin" sama Halimah, dan menikahlah mereka. Dari situ Midun berpikir,
"Rupanya Tulis St. Sati membuat sastra ini hanya ingin bikin saya menderita. Tiap saya menerima celaka atau penyiksaan, dijelaskannya secara detail bagaimana saya disiksa. Giliran saya dan Halimah, selalu di-skip, asal orang tau aja akhirnya gimana.. Aaaaahhh.. Mending saya tulis sendiri kisah saya kalau begitu, lebih enak dan bisa pake bahasa yang lebih dimengerti.. Hehehe."

Chapter 13,5. Bumbu-bumbu : merica

Sudah lama midun ga ketemu sama halimah. Selama itu midun selalu khawatir gara2 ancaman dari Syekh Abdullah yang berniat buat ngawinin kekasihnya itu, dan tampaknya kekhawatiran midun itu ga sepenuhnya salah. Dendang hati halimah mulai berubah bernada arab selama midun berkelana di tanah betawi. Peribahasa hati dan raga itu berbeda terbukti, hati seorang midun rupanya sangat rapuh hanya karena mengetahui hal itu. Kontras sekali dengan raganya yang terlihat kuat dan gagah itu.

Pikiran midun kacau banget, di otaknya berseliweran berbagai asumsi dan kotradiksi soal pemikirannya. Bagaimana mungkin seseorang yang dicintainya itu bisa lepas dari tangannya hanya karena adanya 10 kilometer jarak yang memisahkan keduanya. Midun pun akhirnya berpasrah, dan membuat kondisi dimana hanya pekerjaannyalah kasihnya saat ini.

Suatu waktu, Pak Tasodni sang pembawa surat mengantakan telegram ke kantor midun. Ternyata surat itu dari halimah, seseorang yang pernah singgah di hatinya...


Udo, seorang temanku berbuat jahat kepadaku. Dia tak membiarkanku keluar kamar barang sedikitpun, dia mengurungku. Sudikah kiranya dirimu membantuku keluar dari sini. Sekiranya jika udo sudi, maka datanglah sebelum hayam ngarampih ka kandang. Bawalah serta sepeda bersama udo, juga topi untukku karena temanku turut mengambil sepeda dan topi kesayanganku.
Salam..

.H.


Midun terheran2 disitu. Disamping heran karena ada istilah sunda di dalam novel berlatar padang ini, Midun heran juga kok halimah meminta tolong kepadanya untuk masalah itu, bukannya meminta tolong kepada Syekh Abdullah yang merupakan orang terdekatnya sekarang. Midun pun bimbang. Keadaan ga akan sama kayak dulu, sewaktu midun menolong halimah kabur dari rumah orang tionghoa di padang. Midun takut kalo nanti perasaan terkuatnya muncul lagi jika bertemu halimah dan itu sangatlah berat bagi midun.

Namun, bagaimana mungkin permintaan pertolongan dari seseorang ditolak oleh midun. Maka, lekas segera setelah itu, midun mengirimkan kabar telegram kepada halimah..


Imah, sekiranya engkau sudi menunggu hingga badai reda dahulu. Lekas aku akan segera mendatangimu dengan membawa benda2 yang adik minta. Nanti kanda kabari jikalau sudah sampai di tempat tujuan.
Salamku untuk adik..

Midun


Konon katanya di zaman sekarang ini, Pak Tasodni dapat mengirimkan kabar telegram bagaikan kilat. Maka seketika itu pula datang telegram balasan dari halimah yang mengatakan kalau dia sanggup buat nunggu samapai badai reda. Tadinya midun berhasrat buat nanyain kenapa halimah ga minta tolong sama Syekh Abdullah saja. Namun, diredakannyalah hasratnya itu mengingat sepertinya hal ini terlalu sensitif untuk ditanyakan kepadanya, saat ini.

Badaipun reda tak lama setelah adzan maghrib berkumandang. Sesuai janji midun, ia datang bersepeda ke tempat dimana halimah minta dia menunggunya. Tak sampai satu waktu menghisap satu batang rokok, halimah datang. Ia datang dengan sepedanya, topi kesayangannya pun menempel di kepalanya.
"adik, kenapa bisa disini? Baru saja aku hendak mengabarimu bahwa aku sudah disini. Bukannya dirimu dibelenggu di satu tempat sedangkan mustahil untuk keluar? Dan pula sepeda juga topimu? Engkau bilang bahwa kedua benda itu dibawa serta pula oleh temanmu yang jahat itu." tanya midun beruntun keheranan.
"tidak udo. Rupanya dia hanya mengerjaiku saja.''
''kenapa bisa begitu?'', midun lanjut bertanya.
''rupanya dia berbuat seperti itu hanya untuk mengejutkanku semata. Tidakkah udo ingat hari ini hari apa?''
Midun mengerutkan dahinya, ''hari apakah adik?''
''satu tiga, tiga satu'' ujar halimah.
mendengar perkataan itu, midun pun langsung ingat, inilah hari ulang tahunnya. Rupanya teman halimah sengaja ngerjain dia karena itu (hal ini udah jadi tradisi).
''karena perihal itu pula aku hendak mengajak udo untuk menemaniku mencari makanan sebelum aku pulang. Maukah udo?"
midun terdiam, berpikir apakah ini benar berjalan2 berdua dengan orang yang yang sudah "bercincin". Namun, keinginan midun membuatnya mengiyakan permintaan halimah itu, dan mereka pun pergi mencari makanan.

Halimah membawa midun ke sebuah kedai di dekat sekolah koki, tempat dimana seharusnya penuh kenangan disitu. Kemudian dipesannya satu panekuk ala sudanesche dengan taburan ayam diatasnya beserta satu gelas susu cokelat hangat. Midun memesan panekuk manis cokelat pisang dan segelas torajas latte untuk minumannya. Mereka berbincang sekian lamanya. Di tengah perbincangan, Midun teringat akan satu ganjalan dalam pikirannya,
"imah, mengapa dikau mengajak serta aku, bukannya Syekh Abdullah, seseorang yang mungkn kelak akan menjadi temanmu sehidup semati?"
Halimah menjawab, "aaahh tidak tau aku, udo. Soal itu jangan dipikirkan. Lebih baik kita berceritera perihal pekerjaan udo sampai2 menjadi orang yang dibutuhkan di negeri sini."
Terlihat oleh midun halimah menjawab pertanyaan itu dengan senyum, senyuman yang menyembunyikan sesuatu hal yang ga ingin diketahu oleh midun. Namun, rasa penasaran midun kemudian luluh juga oleh senyuman yang diberikan oleh halimah tersebut. Keduanya kembali berceritera mengenai perubahan yang terjadi selama mereka terpisah jauh, disertai dengan canda tawa sekali2.

Tak terasa 2 jam berlalu, sudah waktunya pulang. Kalo tidak maka ayah halimah akan khawatir terhadapnya. Halimah pun meneguk tetesan2 terakhir susu cokelatnya. Terlihat bibirnya basah setelah ia mengangkat bibirnya dari bibir gelas itu.
"aduhai, manis nian dirimu halimah. Pipimu yang merah dikala dirimu tersenyum, hampir saja membuatku didaya iblis. Aku sangatlah iri terhadap susu cokelat itu. Bibirku lah yang seharusnya membasahi bibirmu itu..''

setelah membayar apa yang mereka makan, mereka berdua lanjut pulang. Gemerlap cahaya kota menemani mereka bersepeda menuju rumah ayah halimah. Mengingat sudah larut, midun pun mengantar halimah ke rumahnya. Takut jikalau ada hal2 yang tidak diinginkan terjadi. Sesampainya di rumah, midun bertemu dengan ayah halimah dan mereka pun berbincang layaknya dua orang yang sudah lama tidak bertemu. Midun pun duduk menghilangkan lelah sebentar di beranda, ayah halimah pun mempersilahkannya untuk berbincang berdua disitu. Setelah berapa lama, midun bermaksud untuk pulang. Maka permisilah midun pada seisi rumah. Halimah mengantarkannya hingga pagar depan rumah. Midun pun lekas mengayuh sepeda bututnya itu. Tak lebih dari 30 hasta dari situ, midun melirikan pandangannya kebelakang, terlihat halimah sedang melambaikan tangan kepadanya.

"wanita itu, kelak jika dia memang untukku, akan kubuat semua wanita mengidamkan seperti dirinya." itulah janji dan perkataan seorang midun yang penuh akan makna.


Maaf Tulis St. Sati, saya membuat versi saya sendiri...hehehehehehe.

Ini sastra versi aslinya Mangga Diunduh...Tinggal KLIK disini..

Tuesday, February 23, 2010

3 tempat dimana terdapat tanda kasih sayang gue...

Sekitar jam 7.49 pagi mata gue baru kebuka. Maklum lah, malem tadi seru banget liatin orang2 bakarin duit ratusan juta cuman buat bikin suara berisik, asep tebel, ama kedipan2 warna-warni di udara. Baru sadar juga pas jam 7.50 kalo hari ini hari imlek. Kirain gue tadi malem rame2 tuh gara2 ada sunatan anjingnya si engkoh bahkuy a.k.a. Babah kuya.. Hohoho. *garing..*

Semenit kemudian, suara cicitan anak ayam terdengar keluar dari hape gue yang kalo menurut prediksi gue itu berarti ada sms masuk dan itu terbukti benar! **ngomong kayak orang goblog..haha**

1 new message, from: (sebut saja) belgian chocolate.
"happy valentine..mana atu coklatnya?hehe.."
Lagi2 gue baru sadar ini tanggal 14 februari, HARI COKELAT SEDUNIA!!!
Wuasiiik.. Gue selalu menantikan tanggal ini karena gue amat sangat fanatik sekali ama olahan biji kakao itu. Saking cintanya, gue ga peduli biarpun cewenya matanya menggoda, senyumnya manis, ato bajunya kurang bahan,, pokoknya gue cuma nafsu ama toblerone yang dia sodorin ke gue. Favorit gue, coklat belgia, lo semua wajib tau itu! (biar kalo ngasih gue ga salah..hihiy). Dan karena itu juga gue nyebut sang pengirim sms tadi dengan sebutan yang sama.. ;)

Setelah seharian kantong gue penuh berjejal cokelat, singkat kata, gue sms dia,,
"fren, dapet coklat ga?"
Dia bales,
"engga..hiks."
Hati gue teriris perih menusuk jantung!! *lebay*
Dengan maksud baik memberikan sedikit kebahagiaan yang gue dapet hari ini (dan sedikiiiiiit maksud terselubung..hihiy), gue pengen ngasih coklat ama dia.

Emang kalo niat baik pasti ada aja jalan yang mendukung,, sepupu gue mau pergi ke Subang. Karena searah, sekalian aja numpang..gratisssssss.. Hehehe. Langsung aja gue tinggalin minuman coklat belgia yang dicampur sama kopi toraja kalosi (yang ini mantap abis sumpah!!) yang lagi gue minum. Cabuuutt menuju subang dengan sebatang cokelat di kantong.

Setelah "nganjang ka lembur dulur" di subang, gue balik. Malem hari, hujan, dengan motor yang ga bisa lari lebih dari gigi dua. Disinilah misi mulai dilancarkan. Sekalian balik, ntar mampir dulu ke tempat dia. Disini gue bener2 ngerasain sebuah anti-klimaks dari teori alpenliebe..hahahahahahahaha..
Tempatnya yang diujung dunia, dengan ktinggian 1300 mdpl, tanjakan-turunan, hujan2an, pokoknya yang ga enak2 lahh.. Namun, selama roda si jagur masih bisa berputar (walopun cuma gigi satu, ngeteyep pula) akan kuarungi semua itu.. *halllllaaaaaahhhhhhhh**

kurang lebih jam 9 malem kita nyampe di tempat tujuan. Karena sebelumnya gue ga ngasi tau belgian chocolate kalo gue mau dateng, gue buru2 sms dia..
"fren, mau cokelat ga? Kalo mau ditunggu di depan jalan yang kemaren sekarang juga!"
semenit, dua menit, lima menit ga nongol2 juga dia. Berhubung gue jadi pengen boker gara2 kedinginan sedangkan ga ada wc umum deket situ, gue buru2 mastiin aja lewat telepon..

Gue : hai, gimana? Mau ga? Dingin banget nih disini.. Buruan!
Belgian Chocolate : ha? Hmmm.. Uuuhh. Apaan? **bayangin sendiri nadanya kayak nada kebingungan
G : ini cokelat. Mau ga? Barusan ga baca smsnya emang?
BC : hmmm. Oohhh bntar ya.. **bayangin nada yang baru "ngeh" dan tampak seperti belum baca smsnya.
Telepon ditutup.

Semenit, dua menit, lima menit berlalu dan dia masih belum nongol juga. Pas banget saat gue merogoh hape dari saku, anak ayam bercicit..
"aduh sori bgt ya. Skrg ad pcr ak eng"

Si andri pernah telunjuknya masuk ke dalem gear yang lagi muter di dalem mesin yamaha mio.
Si ithong pernah jatoh dari sepeda yang lagi melaju keceng dan kelempar berpuluh2 meter sampe ga sadarin diri.
Si qudill pernah matanya kesemprot bensin pas mau nyedot dari tangki motornya.
Kalo lo mau tau, dari dada sampe kerongkongan gue rasanya jauh lebih perih daripada yang dirasain ketiga orang tadi.
"pangpangna mah" gue gatau kalo belgian chocolate ternyata sudah punya (sebut saja) toraja kalosi coffee.

Gue pun pulang dengan tangan yang tidak hampa. Coklat gue masih berada di kantong. Salah satu hal yang gue pelajari, cokelat bisa bikin sakit perut. Gara2 (mau ngasihin) cokelat (ke tempat yang dingin, ujan2an pula) gue sakit perut karena kedinginan dan masuk angin..hahaha.
Turun gunung, dan gue masuk ke daerah yang lebih hangat di perbatasan. Gue pun merogoh kantong, mengambil batangan berlapis alumunium foil dan dibungkus kertas itu, dan gue buang kertasnya di jalan. Gue sobek alumunium foilnya, potong dua bagian cokelatnya, satu sodorin ama sepupu gue yang lagi nyetir sambil bilang,, "cokelat nih bro!". Kita berdua pun dengan lahap menikmati manisnya milk chocolate with fruits and nuts tersebut.

Pukul 22.01 gue nyampe di rumah. Ganti baju dan langsung menerlantangkan badan di kasur. Gue melirik ke arah kanan dan cangkir bermotif bunga2 emas di sebelah televisi itu mengalihkan fokus gue dari benda sekitarnya. Gue baru inget, itu setengah cangkir minuman buatan tangan yang paling gue suka, kopi toraja kalosi dengan cokelat belgia cair. Gue pun meraih gelas itu, terduduk sambil melihat ke dalam gelas kalo2 ada semut yang masuk. Setelah gue pastiin bersih, setengah gelas air berwarna gelap itu pun langsung mengalir menuju lambung. Gue tersenyum, rasanya masih enak, minuman cokelat yang membuat bahagia.. Kopi toraja kalosi dan cokelat belgia, paduan sempurna, favorit gue. Itulah kenapa gue manggil dua orang tadi begitu.. :)

Jadi, intinya dimana aja tuh 3 tempat??
Jawabannya : tiga tempat dimana terdapat bukti tanda cinta gue :
# jalan perbatasan
# septic tank rumah gue
# 20 meter dari septic tank rumah gue (septic tank umah sepupu gue)
hwehwe

Tuesday, January 5, 2010

ka e en a pe a tandatanya

waktu itu kelas 5 SD. Temen gw yang paling deket waktu itu mau pindah, balik lagi ke kampung halamannya di Banda Aceh. Sore hari saat hari terakhir itu, gw liat dia lagi duduk di warung Ibu Iwan, makan jajanan kerupuk berbetuk bulat-bulat cincin warna-warni. Normalnya, gw nyamperin dia. Atau setidaknya nyapa dengan berteriak dari jarak jauh..
"Hoi pon, keur naon?"

Sore itu gw yang seharusnya berjalan lurus menuju warung Ibu Iwan, membelokkan kaki dan sepeda yang gw bawa ke kanan, masuk gang menuju rumah. Gw liat seorang Teuku Muhammad Huzairin, sahabat kecil terbaik gw, menghadap ke arah utara, membelakangi gw. Rambut lurusnya yang agak pirang dengan baju hijau bertuliskan "UCLA" tertiup angin. Kaki gw terus melangkah masuk ke gang lebih dalam, sampai satu pohon pisang berada tepat di garis tengah antara gw dan Pon Rin, bikin pandangan gw tertutup dan akhirnya gw mengalihkan pandangan ke jalan di depan. Gw dingin, gw biasa saja. Sampai akhirnya esok hari pas gw masuk kelas, ga ada tas mickey mouse biru lagi di bangku sebelah gw yang biasanya udah ada duluan sebelum gw masuk.

Jam istirahat hari itu, gw termenung sendiri. Sambil mandangin tong sampah, gw waktu itu mikir,, Pon Rin ga akan mungkin balik lagi ke sini. Semenjak itulah gw jadi anak pendiem sampe sekarang.

===

SMP kelas 1. Umur gw 11 tahun waktu itu, dan gw pertama kali ngerasain betapa indahnya (ato tepatnya : perasaan bahagia) suka sama lawan jenis. Berawal saat pelajaran matematika dan gw lupa bawa penggaris, gw minjem penggaris sama cewe yang duduk di depan bangku gw. Sekalian kenalan sesama murid baru, disitu gw baru tau namanya Ima Permasih, jebolan dari SD Sukahurip. Awalnya gw ga terlalu merhatiin wajahnya. Mata gw tertuju cuma ama penggaris yang dia sodorin ke gw dan diapun ga ngalihin perhatiannya dari Bu Euis yang sedang menerangkan pelajaran di depan kelas.

Pulang sekolah, gw nunjuk ancot di pinggir jalan depan sekolah. Gw masuk ancot kalapa-ledeng, dan ada seorang lagi mengekor masuk ancot yang gw berhentiin itu. Gw duduk di bangku kanan, orang itu di bangku kiri, tepat di depan gw. Saat duduk dan berbalik, kita saling berpandangan. Perasaan gw biasa aja. Beberapa milidetik kemudian bibirnya mulai melebar. Dia tersenyum sambil berkata menanyakan pekerjaan matematika tadi di kelas..
"Rizky, udah?"
Dan beberapa milidetik lagi sesudahnya, phenylethylamin mengguyur seluruh jaringan tubuh, bikin gw merasa senang, malu, dan hangat kala itu. Selanjutnya, perasaan gw selalu seperti itu saat gw lihat dia dengan pipi merah dan mata coklat mudanya itu tersenyum ama gw atau muncul di mimpi gw. Dan hal itu terus beranjut selama 2 tahun.

Tahun 2003 gw naik kelas 3 SMP dan kondisi masih tetap "one way love". Gw yang hanya bisa menunjukan kalo gw suka, dan ga berani mengutarakannya, tersulut keberaniannya saat Rian Suhe, yang selama di kelas 1 selalu bilang "adeuuuhh..adeuuuhh" jika gw lagi ngomong sama Ima, kembali sekelas dan kembali selalu manas-manasin gw buat nembak Ima yang udah ga sekelas lagi ama gw.

Suatu siang saat pulang sekolah, Suhe bilang ama gw,
"Pac, ditunggu Ima di Jembatan enhaii."
Gw jujur heran, ada apakah gerangan Ima nungguin gw disitu. Kaki gw pun gw bawa pergi dari kelas buat menuju Jembatan enhaii. Belum sampai gw keluar gerbang sekolah, tampaklah Ima sedang berdiri di pinggir lapangan. Gw nyamperin dia, dia pun berjalan ke arah gw sambil bilang,
"ki, mau ngapain ngajak ke Jembatan enhaii?"
Disitu gw dapat memprediksi bahwa Suhe sebelumnya ngomong gini sama ima,
"Im, ditunggu Rizky di Jembatan Enhaii"

Kala itu, orang-orang serentak meneriakan kata-kata "cieeeee.." dan itu bikin gw gelisah bercampur tegang. Kalo boleh jujur, itulah kesempatan terbaik buat membak Ima dan gw ga lakuin itu pada akhirnya. Gw akhirnya melangkahkan kaki buat pulang setelah sebelumnya gw berkata sama ima,
"ntar malem aku telepon"

Malamnya, gw meneken kombinasi dari nomor-nomor 0, 2, 5, 7 di telepon wartel barokah dan terdengarlah suara halus dari gagang telepon yang gw tempelin di telinga memulai percakapan singkat.
Ima : halo, mau bicara dengan siapa?
gw : im, ini rizky.
Ima : oiya ki, ada apa tadi siang nyuruh nunggu telepon.
gw : gini im, kamu tau kan kalo kita digosipin saling sama suka.
Ima : iya, terus?
gw : gini, Suhe minta aku buat nembak dan jadian sama kamu. Tapi jujur aja, kalo pacaran aku emang belum saatnya.
Ima : terus gimana?
gw : mau ga kita pura-pura pacaran aja. Plis im, aku ga mau ngecewain Suhe, sahabat baik aku.. (ada jeda sebentar). pliiiss tolong ya im..
Ima : hmmm. iya deh. aku tolongin.
gw : beneran?
Ima : iya, mulai besok kita bisa jalan bareng kemana-mana.
gw : tapi cuman boongan kan?
Ima : iya.
gw : asiikk. makasi ya im.
Ima : iya.
gw : udah dulu ya im. sampe ketemu besok di sekolah.
Ima : iya. dahh.
gw : dadah.

Mungkin pikiran lo sama dengan pikiran gw setelah baca percakapan itu, BODOH, ga ada kata lain.. Akhirnya semua percaya kalo kita emang jadian. Hari, minggu, bulan.. Gw jalan dengan Ima hanya di tempat dimana temen-temen kita melihat kita. Dan lo boleh tahu perasaan gw selama itu,, HAMPA, DINGIN, TAK BERDOSA. Sampai suatu hari, di malam hari, tante gw manggil gw berteriak,
"A kikiiiii. aya telepooonn.."
gw angkat gagang dan perlahan suara halus mulai berbicara,
Ima : ki, boongannya udahan ya. Pacar aku marah uy.
gw : pacar? kamu punya pacar? siapa?
Ima : ada lah. ntar dikasi tau. pokonya udahan ya.
gw : hoo. ok. makasi yaa.
Ima : iya. dadah. (langsung menutup telepon)

dengan muka datar, gw jalan menuju kamar mandi. Gw nyalain keran air dan spontan gw berteriak, "aaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrhhhhhhhhhhhhh"
dalam hati gw berteriak,
"bodoooooohhhh. Kenapa bisa selama ini gw selalu merasa aman bahwa Ima sudah menjadi milik gw????"

Besoknya, dengan muka ceria seperti biasanya gw jalan ke aula sekolah buat nonton bulu tangkis. Kebetulan sekali gw ketemu Ima dan menagih jawaban dari pertanyaan yang gw tanyain semalam di telepon. Ima pun terlihat mengetikan sesuatu di handphone miliknya dan kemudian dia menunjukkan sebuah tulisan di handphone nya itu...
...FADHIL


===

Jika diibaratkan karakter seorang Midun adalah sebuah novel, maka penggoresan tinta untuk menuliskan tiap kata-kata dalam novel itu banyak dilakukan pada saat gw SMP.

Caturwulan 1 kelas 1, gw menjadi artis dan populer mendadak gara-gara nilai ulangan umum matemetika gw 9,8. Sedikit banyak, hal itu ngaruh banget bikin gw selalu berusaha pengen pertahanin apa yang telah gw dapet.

Semester 1 kelas 2, suatu siang sepulang sekolah Reza Ubi ngajak gw pulang bareng jalan kaki. Di tengah jalan, Ubi nyimpang ke warung, dan keluar dengan membawa 3 batang rokok. Pas banget, satu buat gw, satu Ubi, satau Anjar. Di kampus UPI, kita "ngaralepus" bareng. Sampe sekarang, gw ga bisa sepenuhnya lepas dari "kanker dalam stik" itu.

Semester 2 kelas 2, pelajaran bahasa inggris. Tiap orang dikasi tugas bikin kelompok bebas, terus tampil di depan kelas nyanyiin lagu berbahasa inggris. gw belum bisa maen gitar disitu, walopun gw sebenarnya udah punya keinginan dari jauh hari buat belajar gitar. Alhasil, gw cuman nyanyi lagu "this old man, he played one, lalalalalalalala..." tanpa alat musik apapun. Ditertawakanlah gw sama semua orang, dan sang guru tercinta pun terlihat mengerutkan dahinya saat gw nyanyi. Pemalu, itulah diri saya
...semenjak itu.

===

kenapa ga gw samperin Pon Rin sore itu dan lebih mentingin maen sepeda baru??

kenapa ga gw bawa ke jembatan enhaii aja??

kenapa gw tertekan gara-gara dapet nilai bagus??

kenapa ga naek angkot aja waktu itu??

kenapa ga belajar gitar lebih awal??

dan masih ada beribu-ribu kenapa...


itu semua pertanyaan-pertanyaan penyesalan dari apa yang sebenarnya terjadi sedangkan sebenarnya gw bisa menentukan hal yang lain selain itu.
sampai sekarang gw selalu berharap gw bisa kembali ke masa lalu, kembali menjadi lebih muda, namun dengan pengetahuan yang gw milikin sekarang. Dengan begitu gw tahu jalan yang harus diambil supaya penyesalan itu tidak terbentuk lagi dan hidup gw bisa lebih baik.

yahhh. mimpi hanya mimpi. Mungkin semua jalan ini sudah tersurat dalam takdir gw, seseorang dengan nama Rizky Rachman..

Saturday, September 12, 2009

The Principles of Economics by Midun

"memperoleh untung sebesar2nya dengan biaya sekecil2nya"
kata2 itu jawaban dari pertanyaan soal ulangan gw kelas 1 sma dulu, "apa prinsip ekonomi?". Inget banget gw pas dulu bu Yuli, guru ekonomi gw, nanya gw gini :
"kalo lo punya modal terus disuruh jualan, mending jualan apa?''
gw jawab,
"pasti yang kira2 untungnya paling gede dong. Mana ada yang mau rugi.."
Dari dulu gw selalu pegang prinsip itu. Apapun dilakuin asal nguntungin.

*dari tadi si midun sok intelek bgt sih ngomongin gtuan! Apa maksudnya tuh??* hahaha. Gini ceritnya, prinsip gw ternyata terpecah gara2 sesuatu hal. Dan seperti biasa, gw mau ceritain hal itu disini.. Hehehe.

Tidak dapat dipungkiri dan merupakan hal mutlak yang kepastiannya tidak dapat terbantahkan lagi (*hahehoh..) bahwa si midun ganteng ini sangat mencintai dan menyayangi si akai.. Eits, bukan akai homo dari kampung sebelah, tapi si akai yang selalu dia naikin dan genjot2in tiap harii ( lohhh?? Homo jg dong?? Hahahaa). FD125XRM a.k.a. Shogun sp warna merah itulah si akai(bahasa jepangnya merah = akai, bner ga yaaa...hehe). Yoiiii... Motor gw adalah cinta gw. Saking cintanya, ga akan gw biarin satu titk debu pun nyangsang di bodinya.. Hahaha lebayy.

belakangan, karena umur si akai udah lebih dari 3 tahun semenjak gw perawanin dulu, bodinya sudah tidak kinclong lagii. Pengen bgt rasanya liat akai yang dulu ngiclong enyoy-enyoyan, yang kalo ada laler menclok di bodinya langsung tisoledat gtu.. Satu2nya cara : CAT ULANG AKAI! Permak abis lagi bodinya... Hoho. Dan otak gw pun mulai bekerja mencari alternatif buat ngecet akai, tentunya dengan biaya yang murah boiiii...

Kalo ngecet di bengkel cat kenalan gw, abis 500ribu. Buseeettt.. Setaoon gw ga makan tuh! Hahaha.

alternatif selanjutnya, beli cet sendiri dan ngecet sendiri. Kalo diitung2, beli cat mutiara 75rb, pernis 25 rb, thinner 10rb, ditambah sewa kompresor 50rb. Total cuman 160rb.. Wooowww asik tuh selisihnya jauh bgt. Bisa cukup buat beli kolor satu kontener! Haahahaha.. Tanpa mikir lagi, gw segera mengambil alternatif kedua tersebut.

Proses berjalan sesuai rencana, beli cet, sewa kompresor, sampai ngecet. Namun ada kejanggalan dikit. Pengecatan lapisan pertama koookkk,,,,MOTOR GW JADI PINK ! aaaaaahhh tidakkk. Motor gw jadi motor cintaaaa. Damn! Bakal menurunkan tingkat ketampanan gw klo bgini jadinya. Terpaksalah gw ngesot kembali ke jalan pungkur buat beli cat pengganti. Artinya, biaya tambahan T.T

pulang dari pungkur gw bawa dua kaleng cat lagi. Untunglah gw dapet paket hemat cet metalik seharga 32rb saja.. Hehehe..
mulailah mengecat kembali. Proses ngecet lancar banget. Hari itu, proses ngecet udah beres seluruhnya. Tinggal finishing aja, pernis. Berhubung matahari udah mulai tenggelam di ufuk timur *halaahhh,, jadi gw putusin buat nerusin besok. Jadi, gw bersihin dulu tuh semua alat2 yang udah dipake. Bersihin cet kan musi pake thinner nihh,, dari sini juga muncull tragedi selanjutnya.

Pas bersihin spray gun, gw lupa nutup tuh spraygun. Alhasil muncratlah si thinner keluar (bayangin sendiri lahhh klo bingung mah....hnahahaha). Dan entah ada daya tarik apa di mata gw, tuh si thinner muncratan terpesona bgt.. Dan pengennya mendarat di mata gw.
uaaaaaaaggggghhhhhh... THINNER MEN! Kena mata! Anjrit mata gw ampe buta beberapa menit disitu.. Bayangin aja,, styrofoam aja meleleh kalo dikasi thinner. Apalagi mata gw!
anjritttttt... Perihhhhhhh bgt13jutakaliperihnya! Ga percaya??? Cobain gih sendiri! Ahahaha..

tanpa pikir panjang, gw pergi ke UGD rumah sakit mata cicendo,,ditemenin bokap yang baru pulang gawe. Hari udah malem waktu itu. Gw masuk UGD. Mata gw diperiksa ini itu,,disemprotin pake air buat infus,,ampe diukur ph-nya pake kertas lakmus. Serasa cawan petri aja mata gw! (inget praktikum kimia waktu sma)...

Huffff.. Balik dari rumah sakit, gw meninggalkan 150rb di laci kas nya. Artinya,,lagi2 biaya tambahan.. Yang paling mahal dari situ,, jaringan epitel mata kiri gw rusak hampir permanen! Lo pikir sendiri dah segimana handeueul-nya gw..

Kalo dirinci total biaya yang gw keluarin :
* cat mutiara 75 ribu
* thinner 30 ribu
* epoxy 13,5 ribu
* pernis 25 ribu
* cat metalik 32 ribu
* sewa kompresor 50 ribu
* uang bensin 15 ribu
* rumah sakit : 150 ribu
* uang cape : hargain sendiri lahhh...
* jaringan epitel mata : priceless

Abis kejadian itu, gw ga pernah mengang lagi prinsip ekonomi gebleg itu sampe sekarang..
mungkin sekarang gw ganti prinsipnya jadi : JADI JALEMA MAH TONG HAYANG UNTUNG WAE!! NGAMODAL SAEUTIK MAH!!!
hahahahahaha..

Sunday, July 19, 2009

waduh. udah lama banget ga nulis-nulis lagi nih.
hmmmm...
berhubung gw gada cerita asik karena gw ga ilang helm, ditodong, dan liburan ngabolang lagi, jadi gw mau nulis tentang (tadaaaaaaaaaaa.....) RUMAH NENEK...
hehehe.

sekilas emang keliatan ga penting banget nih bahasan gw -rumah nenek?? apa bagusnya sih?? ga penting banget!- dan emang ga penting banget juga sebenernya :D.. tapi daripada ga sama sekali, mending nulis aja dehhh! temukan keseruannya! (halaahhhh.... hahahaha..)

kalo baca postingan gw sebelumnya tentang liburan gw, disitu sempet ditulis gw nyimpang di rumah hantu milik nenek gw di ciamis. NAH itu dia rumah yang gw mau ceritain!!



rumah ini berdiri tegak di Desa Ciomas, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, Negara Kesatuan Republik Indonesia.. gw ga tau pasti nomer rumahnya. tapi kalo ga salah sih rumah nomer 212, Jalan raya Panjalu-Kawali. kalo lo lewat jalan ini, lo pasti bakalan liat rumah ini, karena selain rumah yang lokasinya tepat pinggir jalan banget, rumah ini juga emang menarik perhatian. rumahnya antik, beda ama rumah-rumah yang ada di situ. dan kenapa gw nyebutnya "RUMAH HANTU", karena emang tampangnya aja serem, kayak kebanyakan rumah tua lainnya.. Gw inget percakapan gw ama si Ayya pas baru pertama kenal. Kurang lebih kayak gni lah..

~ayya ngomong kalo dia dari ciamis, sama kayak gw~
Midun : wah??? lo dari ciamis juga?
Ayya : ho oh. emang lo juga?
Midun : iyaa. hahaha. darimana ciamisnya?
Ayya : lumbung
Midun : hmmm (mikir bentar..) lumbung yaa.. kayaknya deket deh.. gw dari ciomas. iya ga sih deket??
Ayya : hmm. gtau deh..
Midun : iya bener deket deh.. lewat panjalu kan?
Ayya : iyaaa bener... lo dimananya?
Midun : lo mungkin sering lewat dehh. rumah belanda tua gitu di ciomas, pinggir jalan.
Ayya : sumpah lo??? rumah serem yang itu?? gw tau tau tau...
Midun : wah? masa?
Ayya : iyeee.. gw kira tuh rumah hantu ga berpenghuni gitu.. abis ga keliatan ada orang yang tinggal disitu sih. serem abis rumahnya. kalo gw lewat pasti bertanya-tanya soal rumah itu.. beneran tuh rumah lo??
Midun : iyee... hahahaha.
Ayya : aduh.. kaga nyangka gw. pantesan aja muke lo serem.. rupanya setan penunggu rumah tua... hwewewew...
~kata2 terakhir diatas, gw yang ngarang...hehehe~

denger komen si Ayya tentang rumah gw, gw baru tau, rumah nene gw itu kayaknya lumayan eksis juga. Ternyata emang bener boss!!! pas gw tanya-tanya ama grenmader tercinta, rumah itu emang udah jadi cagar budaya nasional.
"Wah.. bumi ema mah potona ge tos aya di jakarta, aya di dinas kebudayaan"
(translate : wahh. rumah ema fotonya udah ada di jakarta, di dinas kebudayaan)
begitu kata grenmader...
~aduuuuhhh. kenapa ga jadi sampel studio gw aja ya waktu kmaren tentang bangunan bersejarah.......hahahahahahaa~

makin penasaran, gw mulai nanya-nanya nenek soal rumah itu. Gw dapet beberapa info soal rumahnya. Rumah ini dibangun tahun 1938, terlihat jelas sih, soalnya di tembok depan rumah ada tulisan "TA 1938" yang dibuat (kayaknya) dari pecahan-pecahan kaca, mozaik gitu lahh.. Dulunya, rumah ini milik seorang juragan minyak. Kebayang kan tajirnya kayak apa!!?? juragan minyakk gituuuu... walopun minyaknya cuman minyak sereh.. :)) wkwkwkwkwk...
Tapi emang tajir mampus katanya. Gw lupa lagi siapa namanya, tapi dia masih sodaraan juga sama Kakek gw..
Grenma gw bilang kalo arsitek rumah ini orang belanda.. Namanya (yang kedengeran di kuping gw) Tuan Noningen. Waktu itu, si Mister Noningen ini dapet orderan bikin 4 biji rumah di Ciamis, salah satunya rumah nenek gw sekarang itu. Cuman yang masih utuh bener sekarang cuman satu, rumah nenek gw!! dan ampe sekarang jadi legenda di Ciamis sana. Awalnya gw heran,, ko rumah udah tua gitu ko masih berdiri kokoh gitu!!??. Ternyata eh ternyata,, rahasianya ada di material bangunan yang spesial. Beda ama bangunan biasa yang dibikinnya pake semen batu sama pasir doang, rumah ini dibikin pake semen beureum jeung apu (semen merah sama kapur). Ini juga gara-gara teknologi bangunan yang dipunya Belanda jaman dulu. Tau sendiri kan,, Belanda emang dewanya kalo soal bangun-membangun. Karena Belanda nganggepnya Indonesia dulu itu adalah wilayah perluasan negaranya, bagian dari negaranya. Jadi mereka ga segan-segan kalo mau ngebangun dan nerapin aplikasi teknologinya di negeri kita ini (ceileeee.. gaya bener bahasa gw.. sok intelek!! hahahaha..).

FYI : kalo mau tau perbandingan harga bahan material itu, ada cerita nih yang gw dapet dari hasil Studio Proses gw semester kemaren, yang kebetulan topiknya bangunan bersejarah di kota Bandung.
~Jalan Halimun no 36 Bandung, bangunan ex. PT Borsumij Wehry Indonesia, salah satu sampel bangunan bersejarah yang diambil. Bangunan ini udah aga rusak, ga keurus, banyak tembok-tembok yang retak. Pemiliknya bilang bangunan ini mau diancurin aja dan ngebangun bangunan baru. Lohh??? ko diancurin?? padahal kan ini bangunan yang diusulkan masuk Bangunan Cagar Budaya Bandung yang ga boleh diapa2in sama sekali dan ancaman sanksi bagi pemilik yang mau ngubah ato ngancurin. Pas ditanya kenapa mau diancurin pemiliknya bilang gini..
"aduh percuma renovasi nih bangunan. bahan bangunannya beda. mahaaaaaaallll amirrr bo'!! mending ancurin dan bangun bangunan baru yang lebihh mewahhh, lebih murah, bangunannya pun bakalan lebih bagus"
kebayang kan, cuman buat RENOVASI pake semen beureum ama apu harganya lebih mahal daripada bangun bangunan baru yang lebih mewah dan bagus. Biar lebih kebayang lagi, gw kasih contoh lain dehh...
Villa Isola ato kantor rektorat UPI, biaya nebangunnya dulu itu seharga 500 ribu gulden, ato sekitar 250 Miliar Rupiah. Padahal cuman "bangunan gitu doang" kan???
hahahaahahaha....

bek tu topik,, selain yang disebutin tadi, material spesial lain yang dipake di rumah ini ada lobang ventilasi udara dan langit-langit yang diimpor langsung dari Belgia (buseeeeeeeeetttt.. jauh amir mak!!!), tembok luar rumah yang dihiasi tempelan mozaik dari pecahan kaca berwarna-warni, juga handle pintu dari kuningan asli (yang sekarang udah raib dimbat bangsat.. bangsat kurang kerjaan malingin gagang pintu!!! huhh!) dan yang paling gw heran, ada satu set kursi rotan beserta mejanya yang udah ada dari pas bangunan ini ada, bahkan dibuatnya sebelum kakek gw lahir ke dunia ini dulu,, dan itu masih bagus ampe sekarang. Banyak lagi keunikan lain,,, susah kalo disebutin satu-satu..
hahahahahahaha..

Oijaaa, ada satu keunikan yang sampe sekarang gw ga percaya karena gw belum lahir pas keunikan ini menghilang. Di bukit atas rumah nenek gw ini terdapat pohon SAKURA, yang notabene cuma bisa tumbuh di Jepang. Awalnya gw ga percaya, tapi begitu gw denger dari 9 orang anak si grenma, termasuk bunda gw, gw baru percaya. Pohon ini dibawa grenpa kesini, kayaknya pas dulu jaman penjajahan jepang deh. Katanya pohon sakura ini hanya pernah satu kali mekar. Waktu itu katanya suasana disana kayak musim gugur di jepang, DAN ITU SANGAT BIKIN GW IRI, gw pengen banget ada disana pas waktu itu!!!! huaaaaaaa....
sampe akhirnya pohon ini mati, gw ga sempet liat.. hiks.

Selain keunikan, ada juga mitos-mitos yang beredar di rumah ini. Yang paling menarik adalah, katanya rumah ini sering minta tumbal... hiii seremmmm... ko bisa????
soalnya banyak banget kecelakaan jalan depan rumah.. hampir tiap gw berkunjung kesana, pasti aja ada orang yang mesti ditolong gara2 motornya jatoh lah, gara2 masuk solokan depan rumah lah, dan banyak lagi... cuman, GW GAKAN PERCAYA MITOS ITU!!! eek bgt tuh mitos.. hahahahaha.. liat deh secara logis!
1. lokasi rumah yang tepat berada di ujung tikungan, tikungannya nanggung, dikit tapi bisa dilewatin dengan kecepatan tinggi
2. jalan depan rumah yang lobangnya segede2 danau toba (lebayy...)
3. jalan sempit, pinggir jalan ada solokan.
4. rumahnya emang nyuri perhatian banget
5. kebanyakan yang celaka bukan orang situ, yang baru aja lewat ke situ

bayangin, orang yang baru lewat situ nyetir motor dengan konsentrasi, liat tikungan nanggung di depan dan mikir kayaknya bisa dilewatin tanpa lepas gas. Saat menikung, tiba2 liat rumah "serem" gtu setelah sebelumnya tidak terlihat karena terhalang bukit-bukitan, otomatis pandangan teralih, kecepatan tinggi, di tikungan, ga liat jalan di depan. Masuk lobang jalan, terpental, dan akhirnya ngungsep ke selokan pada posisi nungging. Sering bgt kayak gtu !
khawatir juga sih gara-gara hal kayak gtu, tapi ada untungnya juga soalnya kalo abis ada orang celaka dan kita tolongin, biasanya ngasih duit gtu... :p
*tertawa nista...

Terus dari dulu katanya suka ada bule-bule berkunjung buat penelitian tentang arsitektur atopun keperluan lain,,terus nginep dirumahnya. Sering juga ada yang minta foto pre-wedding disitu, pengen berlatar rumah klasik. Kadang juga ada orang lewat situ, berhenti dulu trus foto-foto ga jelas di depan rumah. Orang-orang itu kayak anjing ngencingin tiang listrik aja, nyelonong masuk halaman, parkir sembarangan, terus foto-foto narsis ga jelas di depan rumah dan gapake permisi sama sekali.. Sampe-sampe pernah grenma gw lagi nyapu-nyapu halamannya, trus ada orang nyelonong lewat depan idung dia cengengesan ga permisi, trus berpose ala titi kamal cacingan, foto-foto depan rumah.. Tiba-tiba abis foto-foto gtu, dia nyamperin grenma dan bilang,
"ini rumah punya siapa ya bi ? antik abis." ..
Grenma gw geram lah dibilang gtu, disemburlah orang itu ampe menciut gara-gara malu udah nganggep "tuan" di rumah itu adalah seorang pembantu.
"mentang-mentang gw orang kampung, lo kate gw ga kabeungeutan punya rumah ini hahhh!!!!?????".. gtu kata nenek gw.
hahahahahaha...


Rumah ini kayaknya emang beneran udah jadi cagar budaya deh dari dulu. Nenek gw bilang, dulu dia dikasih tau sama orang pemerintah Ciamis kalo rumah ini ga boleh diapa-apain sama sekali. Terus sebagai imbalannya, grenma dikasih insentif duit secara rutin, ampe akhirnya aliran duit terhenti semenjak era Pak Harto berakhir. Ampe suatu saat, karena kondisi kesehatan Kakek yang buruk, rumah itu terpaksa ditinggalin beberapa tahun karena nenek pindah ke Bandung dan hal itu bikin rumahnya jadi rumah hantu beneran. Kondisi rusak parah.. angker banget! sampe-sampe dulu pernah mau dijadiin lokasi UJI NYALI program TV DUNIA LAIN. Ya grenma gw ga ngijinin laaahh pasti! itu emang bukan rumah angker soalnya, ntar pada gada yang mau ksitu lagi...
Beberapa tahun belakangan, nenek gw mau pindah kembali ke Ciamis. Tapi kondisi rumahnya udah rusak, dan karena instruksi pemerintah, bangunan cagar budaya ga boleh dilakukan perubahan sama sekali, bikin grenma bingung. Genteng udah pada bolong, keramik pada pecah, tembok udah retak-retak. Mau dibenerin, diganti baru, malah merubah keaslian dan pasti melanggar apa yang diinstruksikan pemerintah, dapet sanksi. Namun, dengan suatu prinsip yang sangat logis, "IMAH AING KUMAHA AING", dilakukanlah perbaikan disini-disitu (gw suka gaya lo mak!! hahahahah..).
Setelah perbaikan itu, rumah kembali bisa ditinggali, dan lebih nyaman. Namun, hilanglah langit-langit anggun asal Belgia yang terkenal itu. Hilanglah koridor penghubung ruangan utama dan ruangan belakang, berikut kunang-kunang yang sering berkeliaran disitu pada malam hari. Hilanglah lantai kuning yang kusam tapi indah itu. Hilanglah asap yang mengepul dari tungku di dapur, dan tergantikan oleh kompor gas yang modern. Beberapa hal emang menghilang dari sini, namun "classic still classic, you know what I mean? :)"
kenangan ga akan hilang, termasuk kenangan bersama kakek gw disini...



duhhh, ko jadi sedih ya...
hahahaha.
ya udah, kata terakhir,
silahkan berkunjung yaaa kalo lewat sini.. :D




ini depan rumahnya....




itu tulisan TA 1938 nya keliatan dikit...




ini kalo diliat dari bukit di samping rumah... :D